CLOSE
REVIEW IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan (10/12/2020) ditutup melemah meskipun pada perdagangan sesi satu IHSG melaju dengan ke atas. IHSG ditutup pada level 5933.698 dengan pelemahan sebesar (-0.18%). Sebanyak 5 sektor mengalami pelemahan, sementara sektor lainnya menguat tipis.
Sektor Consumer Goods Industry menjadi sektor pemberat dengan pelemahan terbesar yakni sebesar (-2.34%) diikuti pelemahan yang terjadi pada sektor Agriculture sebesar (-1.19%). Sementara itu di sisi lain, sektor Miscellaneous Industry mengalami penguatan tertinggi pada perdagangan kemarin yakni sebesar (+1.69%). Tercatat sebanyak 30.093 milyar saham diperdagangkan dengan mencetak catatan total nilai transaksi sebesar 19.837 triliun. Asing memilih kabur dari Tanah Air sehingga menghasilkan Net Foreign Sell sebesar 63.54 milyar.
Hari ini kami memprediksi IHSG akan berjalan menguat tipis. Hal ini dikarenakan pelaku pasar masih memantau kebijakan stimulus lanjutan Amerika Serikat, harga komoditas minyak, batu bara, dan nikel, kebijakan cukai rokok serta pendistribusian vaksin COVID-19. Sementara jika dilihat dari sisi teknikalnya, IHSG diprediksi masih mampu bergerak naik walau tipis dalam rentang support resistance 5925-2942. Candlestick pun masih berada jauh dari middle Bollinger Bands dan Exponential Moving Average 14 (EMA14).
BERITA EKONOMI
5 Alasan Pemerintah Naikkan Cukai, Picu Saham Rokok Rontok
Pemerintah membeberkan pertimbangan kenaikan tarif cukai rokok rata-rata sebesar 12,5% yang rencananya akan berlaku efektif mulai Februari tahun depan.
Dirjen Bea Cukai, Heru Pambudi menyampaikan setidaknya ada lima alasan pemerintah menaikkan cukai rokok di tahun 2021. Lima alasan itu meliputi dari sisi pertimbangan kesehatan, tenaga kerja langsung dan tidak langsung di industri rokok yang terdampak dari kebijakan ini, petani tembakau hingga pertimbangan dampak timbulnya rokok ilegal dan kontribusi penerimaan rokok terhadap APBN.
Menurut Heru, faktor pertama adalah dari sisi kesehatan. Dengan tarif cukai yang baru, maka setidaknya harga rokok bisa naik 14% dari harga yang berlaku di pasaran saat ini.
“Dari sisi kesehatan, cukai instrumen fiskal untuk pengendalian konsumsi. Kalau yang kita kendalikan rokok, berarti kan berkaitan dengan kesehatan. Targetnya bagaimana kita semakin hari semakin sehat, indikatornya apa? Dari instrumen keberhasilan itu tentunya semakin baik, kalau harga makin naik, keterjangkauan semakin sulit,” kata Heru, dalam wawancara khusus dengan CNBC Indonesia, Kamis (10/12/2020).
Menurut HIMA AE, Merespons kebijakan tersebut sontak saham-saham rokok yang tadinya menghijau langsung ambruk ke zona merah bahkan menyentuh level Auto Reject Bawah (ARB), atau batas maksimal penurunan harian sebesar 7% dalam sehari.
Data BEI menunjukkan, biang kerok penurunan IHSG hari ini datang dari saham rokok di mana saham PT H M Sampoerna Tbk (HMSP) terpaksa anjlok menyentuh level terendahnya yakni 6,96% ke level harga Rp 1.670/unit dan menyumbang penurunan 13 indeks poin.
Sementara itu saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) anjlok menyentuh level ARB 6,99% ke level harga Rp 44.275/unit dan menyumbang penurunan 5,7 indeks poin, sehingga kedua emiten tersebut menyumbang koreksi sebanyak 18,7 indeks poin.
Sumber : CNBC
REKOMENDASI SAHAM
Pada perdagangan Kamis, 10 Desember 2020 PT. Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA)ditutup menguat sebesar +5,61% pada harga Rp 226. Jika dilihat dari Analisis Teknikal pada perdagangan kemarin membentuk Bullish Candle yang mengindikasikan adanya potensi penguatan.
Hal ini juga didukung oleh indikator Moving Average 25,Moving Average 10,MACD, Parabolic Sar dan Volume yang memiliki korelasi positif terhadap penguatan saham tersebut.
Pada perdagangan terakhir harga perusahaan berada tepat diatas Moving Average 25 dan Moving Average 10 serta didukung oleh terjadinya Golden Cross pada indikator MACD mengindikasikan kuat bahwa tren akan lanjut naik.
Kemudian pada indikator Parabolic Sar tepat berada dibawah harga dengan kerenggangan yang cukup lebar menandakan bahwa masih berlangsung kekuatan untuk Bullish Trend.
Indikator-indikator tersebut juga diperkuat dengan Volume perdagangan yang didominasi oleh aksi beli (Buy).
Recommendation: Buy
Target Price : Rp 240
Stop Loss : Rp 218
(DISCLAIMER ON)
Telah diterbitkan di
https://hima-analisefek.com/2020/12/11/mentari-pagi-edisi-628-jumat-11-desember-2020/